Perkembangan teknologi yang sangat pesat di era globalisasi saat ini telah memberikan banyak manfaat dalam kemajuan di berbagai aspek sosial, salah satunya adalah berkomunikasi menjadi lebih mudah dan cepat. Selain itu semakin berkembangnya zaman, maka teknologi juga semakin berkembang. Mulai dari tayangan televisi, internet, dan media sosial. Media sosial adalah sarana untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan saling berbagi menggunakan bantuan internet. Media sosial merupakan sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 yang memungkinkan penciptaan pertukaran user generated content. Media sosial tidak hanya digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi, tetapi juga sebagai alat ekspresi diri (self expression) dan pencitraan diri (Andreas et al, 2010).
Salah satu media sosial yang banyak digunakan peserta didik saat ini adalah media sosial Tiktok. Media sosial Tiktok adalah media yang berupa audio visual, media ini sebuah media sosial yang dapat dilihat juga dapat didengar. Banyak sekali pengguna dari media sosial ini yakni kalangan anak-anak, remaja, bahkan mahasiswa. Mereka begitu senang sekali menggunakan media sosial Tik tok ini karena bagi mereka media sosial ini bisa menghibur mereka dikala mereka bosan. Apalagi di masa pandemi sekarang, dimana kita diminta untuk stay at home menjadikan mereka lebih mudah bosan dibandingkan dengan melakukan aktivitas di luar. Tiktok merupakan aplikasi yang memberikan special effect unik dan menarik yang dapat digunakan oleh penggunanya dengan mudah membuat video pendek dengan hasil yang keren serta dapat dipamerkan kepada teman-teman atau pengguna lainnya. Aplikasi ini memiliki support musik yang banyak sehingga penggunanya dapat menunjukkan penampilannya tarian (dance), gaya bebas, dan masih banyak lagi sehingga dapat mendorong kreativitas penggunanya menjadi content creator.
Namun selain meningkat kreativitas pada diri seseorang, aplikasi Tiktok ini juga mempunyai dampak negative yang tidak bisa kita acuhkan. Berdasarkan fakta yang temukan di lapangan, terdapat video yang memperlihatkan seseorang merekam dirinya menggunakan aplikasi Tiktok dengan mengumbar aurat saat bergoyang maupun tindakan mesum yang dilakukan oleh remaja seperti yang diberitakan news.detik.com pada tanggal 22 Februari 2020. Sehingga dapat menarik perhatian orang lain yang menonton, sampai melakukan tindakan asusila
yang tidak pantas dikonsumsi anak remaja. Semua itu merupakan bentuk dari penggunaan aplikasi Tiktok yang berlebihan dan merupakan salah satu dari gangguan kepribadian remaja sekarang, atau lebih dikenal dengan istilah narsisme.
Menurut Purnamasari & Agustin (2018), narsisme merupakan bentuk aktualisasi diri seseorang yang mencintai dirinya sendiri secara berlebihan. Narsisme juga dapat diartikan sebagai bentuk dari keinginan individu untuk menunjukkan bahwa dirinya merupakan orang yang sempurna, pandai dan penting dibanding orang lainnya agar memperoleh perhatian dan pemujaan atas dirinya. Perilaku narsisme tersebut ditunjukkan dengan penampilan individu yang ingin menampilkan suatu pola yang berlebihan dan rasa percaya diri yang tinggi serta cenderung tidak dapat menyesuaikan dengan keadaan dirinya sendiri. Artinya bahwa narsis lebih berfokus pada rasa bangga dan percaya diri terhadap dirinya sendiri. Orang yang mempunyai perilaku narsisme tidak hanya yang suka memotret diri sendiri lalu mengunggahnya di media sosial, tetapi juga gemar membanggakan atau memamerkan diri sendiri pada orang lain.
Devri Aprilian, Yessy Elita, dan Vira Afriyati (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara Penggunaan Aplikasi Tiktok dengan Perilaku Narsisme pada Siswa Sekolah Menengah Pertama” menjelaskan bahwa hasil analisis korelasi menunjukan penggunaan aplikasi Tiktok siswa berhubungan positif sebesar 0,637 signifikan terhadap perilaku narsisme dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (Pvalue<0.05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan aplikasi Tiktok, maka siswa akan semakin narsis. Begitu juga sebaliknya. Orang tua diharapkan untuk selalu mengawasi anaknya yang masih remaja dalam menggunakan handphone agar bisa mengurangi perilaku narsisme anak dan untuk mahasiswa untuk lebih memahami batasan dalam menggunakan aplikasi Tiktok dan juga aplikasi media sosial lainnya.
Apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya sebagai yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain. Oleh karena itu, diperlukan konsultasi dengan psikolog dan melakukan psikoterapi dianggap sebagai salah satu metode terbaik dalam pengobatan gangguan kepribadian narsistik untuk meminimalisir perilaku narsisme pada seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilian, D., Elita, Y., & Afriyati, V. (2019). Hubungan Antara Penggunaan Aplikasi Tiktok dengan Perilaku Narsisme pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Ilmiah BK, 2(3), 220-228.
Purnamasari, A., & Agustin, V. (2018). Hubungan Citra Diri dengan Perilaku Narsisme pada Remaja Putri Pengguna Instagram di Kota Prabumulih. Jurnal Psibernetika, 11(2), 115- 132.
Comentarios