Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia, Nadiem Makarim, menargetkan pembelajaran tatap muka bisa dimulai kembali pada Juli 2021 mendatang, baik pada taraf sekolah maupun kampus. Target tersebut dibuat atas dasar proses vaksinasi yang telah mulai dilakukan kepada para tenaga pendidik, seperti dosen dan guru. “Semua guru dan dosen, 5 juta lebih dari mereka harapannya Insyaallah akan divaksinasi sampai dengan akhir bulan Juni, sehingga tahun ajaran baru semua sekolah memulai proses tatap muka walaupun dengan tahap terbatas,” ujar Nadiem dalam siaran daring 1 Maret 2021 lalu.
Rencana ini tentu menuai kontroversi, baik dari kalangan tenaga pendidik, tenaga kesehatan, para wali murid, dan masyarakat umum. Tak dapat dipungkiri bahwa proses pembelajaran daring yang telah dilaksanakan hampir setahun nyatanya kurang berjalan dengan efektif, mulai dari proses pemaparan dan penerimaan materi yang kurang maksimal, kesulitan sinyal, kejenuhan, dan sebagainya. Atas hal tersebut, tentu rencana dimulainya kembali proses pembelajaran tatap muka merupakan angin segar dalam dunia pendidikan.
Di sisi lain, saat ini angka penyebaran kasus Covid-19 masih terus bertambah secara signifikan. Hingga bulan Maret 2021, total terdapat sekitar 1,4 juta kasus positif Covid-19 di Indonesia dan nampaknya masih akan terus bertambah. Ditambah lagi dengan masuknya mutasi virus corona ke Indonesia. Target proses vaksinasi yang selesai hanya dalam waktu singkat juga diragukan oleh masyarakat. Pemerintah terkesan tergesa-gesa dalam membuat keputusan, seperti yang diutarakan oleh Satriwan Salim, Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), “Harapannya Pak Presiden atau Mas Nadiem Makarim guru-guru divaksinasi dan tenaga kependidikan, saya rasa itu terlalu prematur. Kenapa saya katakan begitu? Yang pertama adalah apakah negara mampu menyelesaikan vaksinasi terhadap lima juta guru, tenaga kependidikan dan dosen dalam waktu kurang lebih dalam empat bulan? Sedangkan kita bulan April sampai Mei kita puasa kan?”
Vaksinasi yang ditargetkan oleh Mendikbud nyatanya hanya ditujukan untuk tenaga pendidik saja. Para siswa dan mahasiswa tidak diikutsertakan pada program vaksinasi tersebut sebagai langkah antisipatif untuk memulai pembelajaran tatap muka. Tentunya hal tersebut juga menimbulkan kekhawatiran. “Nah, oleh karena itu, orang tua dan guru juga sebenarnya bertanya, apakah aman sekolah dibuka ketika guru dan tenaga kependidikannya divaksin, sedangkan muridnya enggak? Padahal si murid-murid tadi pulang pergi naik angkutan umum, ada potensi menyebarkan atau dia yang tertular,” lanjut Satriwan.
Para pemangku kebijakan juga perlu memperhatikan positivity rate, yakni perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan, yang juga didukung dengan kategori zonasi wilayah yang bersangkutan. “Kita bisa lihat pemeriksaan nanti ketahuan positivity rate-nya. Kalau masih di atas 5 (persen) berarti belum aman, potensi menular Covid-19 tinggi. Positivity rate-nya di bawah 5 justru lebih baik lagi. Positivity rate yang di atas 5 berarti potensi penularan antar satu orang lain bisa terjadi. Kalau itu yang terjadi, kasus (positif Covid-19) makin lama makin naik.” ujar Ede Surya Darmawan, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI). Melihat data positivity rate yang cukup tinggi, Ede berpendapat sekolah tatap muka belum bisa langsung dibuka meski vaksinasi guru dan tenaga pendidik selesai. Ini juga karena siswa pun harus divaksin, sementara belum ada vaksin Covid-19 untuk anak.
Biarpun demikian, penargetan pembelajaran tatap muka ini perlu kita apresiasi sebagai langkah membuka lembaran baru. Namun, langkah ini harus tetap disertai dengan persiapan yang matang serta mempertimbangkan dari segala bidang. Jika rencana ini akhirnya terealisasi, penerapannya pun harus disesuaikan dengan protokol kesehatan, tidak bisa disamakan dengan pembelajaran tatap muka seperti biasanya. Nadiem menegaskan, protokol kesehatan ketat yang wajib dilakukan bagi sekolah adalah kapasitas maksimal sekolah hanya 50% dari jumlah siswa. Hal tersebut adalah standar pertama dan terpenting. "Jadi mau tidak mau semua sekolah harus melakukan rotasi atau shifting. Tidak boleh kapasitas full, harus dengan rotasi," ujarnya.
Sumber:
Dandy Bayu Bramasta, 2021. “Kuliah Tatap Muka Disebut Bisa Dimulai Juli 2021, Simak Syaratnya”.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/10/130500665/kuliah-tatap-muka disebut-bisa-dimulai-juli-2021-simak-syaratnya-?page=all. Diakses pada 14 Maret 2021 pukul 12.11 WIB.
Devira Prastiwi, 2021. “Pro Kontra Wacana Nadiem Mulai Sekolah Tatap Muka Juli 2021 Mendatang”. https://www.liputan6.com/news/read/4496741/pro-kontra wacana-nadiem-mulai-sekolah-tatap-muka-juli-2021-mendatang. Diakses pada 14 Maret 2021 pukul 13.01 WIB.
Yopi Makdori, 2021. “Target Belajar Tatap Muka Dimulai Juli 2021, Persiapannya?” https://www.liputan6.com/news/read/4501249/headline-target-belajar-tatap muka-dimulai-juli-2021-persiapannya. Diakses pada 14 Maret 2021 pukul 15.06 WIB.
Commentaires